Dra. Hj. Erna Ningsih, Wanita Pertama di Asia

MURAH senyum itulah ciri dari Kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pemadam Kebakaran (Damkar) Kab. Bogor, Drs. Hj. Erna Ningsih. Kariernya di Damkar memang sudah lama, tercatat ibu kelahiran Bandung ini sudah berkecimpung di dunia Damkar dari tahun 1998. Uniknya, kepala Damkar di Kab. Bogor dikendalikan oleh seorang wanita. Padahal, para personel Damkar terkenal keras.

Baginya, menjadi pimpinan di Damkar merupakan tantangan dan menguji mental. Bahkan, Erna merupakan satu-satunya wanita se-Asia yang memegang jabatan sebagai kepala Damkar.

Banyak kejadian menarik selama dirinya memegang jabatan tersebut. Setiap satu tahun sekali, dirinya sering berkumpul dengan Kepala Damkar se-Asia Tenggara di Jakarta, uniknya, dia merupakan kaum hawa yang berkumpul di tengah-tengah para lelaki jika sedang berkumpul dalam urusan dinas.

Meskipun wanita, Erna bukan tak mampu menangani para personel pemadam yang terkenal keras. Dengan jiwa lembutnya, Erna bisa menjadi penengah. Bahkan, bisa meredam para personel bila terjadi suatu masalah. Bahkan, dia sering menerima curhat para anggotanya sehingga sistem kekeluargaan menjadi ciri khas di kantor tersebut. ”Meski saya seorang wanita, saya sanggup menjalankan tugas ini. Dengan sistem kekeluargaan, semua personel seperti keluarga sendiri. Saya sama sekali tidak canggung, malahan menjadikan sebuah tantangan untuk menguji mental,” ujar Erna saat ditemui di Cibinong, Rabu (23/12) pagi.

Namun seiring perkembangan, Erna menginginkan Damkar kembali menjadi sebuah kantor dinas. Seperti halnya pada tahun 1998. Saat itu, Damkar berdiri sendiri sebagai dinas. Namun pada tahun 2001 Damkar turun menjadi Sub Dinas Kebakaran. Bahkan, Damkar terus merosot hingga menjadi Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) pada tahun 2005. Sekarang, Damkar menjadi Unit Pelayanan Terpadu (UPT) di bawah Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman. ”Bahkan ada isu akan turun lagi menjadi tim satgas penanggulangan bencana. Kita sedang membuat kajian. Kota Depok saja sudah menjadi dinas,” urainya menjelaskan.

Bisa dibilang, kini Damkar Kab. Bogor masih kekurangan. Minimnya jumlah personel dan armada membuat kendala dalam menjalankan tugas di wilayah Kabupaten Bogor yang mencakup empat puluh kecamatan. Kini, armada yang dimiliki hanya mencapai tujuh unit untuk melayani seluruh kecamatan dan diisi 42 personel. ”Kita akan terus berupaya. Kejadian kebakaran di Kab. Bogor terbilang tinggi. Satu bulan bisa terjadi tiga belas kali kebakaran,” ungkapnya.

Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan Damkar menuntut ketersediaan ekstra sarana operasional sebagai penunjang upaya penyelamatan. Meskipun sarana masih kurang, tim pemadam Kab. Bogor akan tetap bekerja ekstra. ”Tidak ada istilah kerja setengah-setengah. Kita siap melayani masyarakat dengan baik,” ujarnya.

Asuransi Bagi Sang Penakluk Api

PETUGAS pemadam kebakaran adalah satu profesi yang berisiko tinggi. Dalam menjalan tugas, seorang petugas pemadam tidak jarang harus bertaruh nyawa. Di saat orang lain menghindari lokasi kebakaran, mereka justru dengan tegap mendatangi lokasi kejadian.

Risiko tertimpa sisa-sisa bangunan yang terbakar serta jilatan api bukan tidak mungkin akan mereka rasakan. Moto ”tak kan pulang sebelum api padam” begitu terpatri dalam diri setiap diri petugas pemadam kebakaran.

Namun di balik semua itu, cukup sepadankah apa yang mereka terima untuk setiap tugas yang mereka emban? Atau hanya sebatas penghargaan di atas kertas saja setiap tetes keringat mereka dalam menjalankan tugas? Adakah jaminan asuransi atas diri mereka ketika sedang bertugas?

Asuransi

Kepala UPT Damkar Kab. Bogor, Dra. Hj. Ernaningsih mengakui beratnya tugas dan peran seorang petugas kebakaran. Terlebih ketika menangani setiap kasus kebakaran yang terjadi di wilayahnya. ”Diakui, taruhan nyawa selalu membayangi setiap tugas yang dilakoni oleh setiap personel kami,” tuturnya di ruang kerjanya, Rabu (23/12).


Di Kab. Bogor sendiri tercatat 42 personel petugas pemadam kebakaran yang siaga 24 jam. Dengan tujuh unit armada kebakaran mereka siaga mengatasi setiap kejadian kebakaran di empat puluh kecamatan. ”Dengan keterbatasan tersebut, kita selalu siap mengatasi setiap kejadian kebakaran yang terjadi di wilayah Bogor,” tutur Erna.

Disinggung jaminan keselamatan, Erna mengatakan setiap petugas damkar Kab. Bogor diberikan asuransi kesehatan dan keselamatan oleh Pemkab Bogor. ”Tentu saja kita memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja bagi setiap petugas. Sebab, bagaimanapun tugas mereka mengandung risiko cukup tinggi, taruhan nyawa bukan tidak mustahil harus dihadapi petugas,” tuturnya.

Rentan

Kejadian kebakaran di Kab. Bogor sendiri tergolong cukup tinggi. Dari data di UPT Damkar menyebutkan rata-rata terjadi tiga belas kasus kebakaran setiap bulannya. Dari sisi sarana dan prasarana sendiri tentu saja sangat tidak sebanding. ”Kalau bicara ideal, tentu saja jumlah tersebut tidak ideal. Apalagi luas wilayah Kab. Bogor yang mencakup empat puluh kecamatan. Tetapi kami selalu berusaha maksimal dalam mengatasi setiap kejadian kebakaran yang terjadi,” tutur Erna.

Kab. Bogor sangat rentan terhadap kejadian kebakaran. Untuk itu, selain memerlukan tambahan personel, jumlah armada pun perlu ada penambahan. Ironisnya, dalam APBD 2010, anggaran untuk damkar ini hanya dialokasikan untuk perbaikan saja. Tidak ada alokasi dana untuk penambahan unit mobil pemadam kebakaran.

Ketua lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Akhdor, Didi Furqon mengatakan sangat ironis dengan luas wilayah yang mencakup empat puluh kecamatan hanya ada tujuh unit armada saja.

Menurut Didi, idealnya di satu kecamatan disiagakan satu unit armada damkar. ” Dengan kondisi tersebut, petugas bisa dengan cepat datang ke lokasi kebakaran,” ujarnya.

ingin punya domain sendiri?